Educating Hope 3

rizkihabibi.blogspot.comSewaktu kunjungan Mahasiswa AMIK Medicom ke sekolah-sekolah SMA/SMK, ada siswa kelas 12 yang bertanya: ''Mengenai jam kuliah di AMIK Medicom, jam berapa?''.

Gernalia, mahasiswi AMIK Medicom semester 3 yang saat itu ikut dalam kunjungan, menjawab dengan ramah: ''Mengenai jam kuliah, ada 3 pilihan. Kita boleh pilih sendiri jam kuliah. Bisa masuk pagi, jam 8 sampai jam 12. Bisa masuk siang, jam 1 sampai jam 5 sore. Bisa juga masuk malam, jam 5 sore sampai jam 9 malam.''

Tidak sedikit alumni SMA/SMK yang punya keinginan untuk kuliah, tapi juga ingin langsung bekerja se-tamat-nya mereka dari sekolah. Tiga pilihan waktu kuliah seperti yang dijelaskan oleh Gernalia, sangat memungkinkan bagi alumni SMA/SMK untuk bisa melakukan kedua aktivitas tersebut secara bersamaan di AMIK Medicom, yaitu kuliah sambil bekerja.

Eka Mirani, mahasiswi AMIK Medicom semester 6, pada kunjungan yg berbeda, pernah menceritakan pengalamannya dalam bahasa Inggris yang fasih kepada siswa kelas 12. "Saya adalah alumni dari SMA N 1 Kualabuluh Rantau Perapat. Setamat SMA, saya punya banyak rencana. Salah satunya saya ingin langsung bekerja saja. Namun, pada akhirnya saya memutuskan kuliah di AMIK Medicom karena disini saya bisa kuliah sambil bekerja."

Gernalia, Eka, dan sebagian besar mahasiswa AMIK Medicom sudah bekerja sebelum diwisuda. Mereka bekerja sambil kuliah. Aktivitas kuliah dan aktivitas bekerja dapat mereka jalankan dengan totalitas yang sama-sama 100%. Karena jam perkuliahan di AMIK Medicom dapat disesuaikan dengan jam kerja dari mahasiswa. Mereka bebas memilih jam perkuliahan. Sehingga mereka tetap nyaman bisa kuliah sambil bekerja.

Saat ini, mahasiswa/i AMIK Medicom yang kuliah sambil bekerja sebanyak 67%. Keuntungan mereka kuliah sambil bekerja sangatlah jelas: dapat ilmunya, dapat pengalaman kerjanya, dapat honornya. Banyak diantara mereka yang honornya minimal Rp1,5 juta per bulan. Padahal mereka masih mahasiswa. Padahal mereka masih begitu muda. Bagaimana lagi nanti saat mereka sudah wisuda, sudah bertitel, pasti karirnya lebih baik lagi. Mereka pun sudah bisa bayar uang kuliah sendiri. Bayar ongkos transportasi sendiri. Untuk yang anak kos, Keperluan hidup pun sudah bisa bayar sendiri.

Tapi bukan uangnya yang paling penting, melainkan pengalamannya. Setiap harinya, mereka kuliah 4 jam di kampus, berlatih bahasa inggris 1 jam, lalu bekerja 7 jam di tempat kerja. Itu berarti, 12 jam lebih setiap hari mahasiswa AMIK Medicom melakukan aktivitas yang baik yang penuh disiplin. Mereka sedang membentuk diri menjadi pekerja keras yang terdidik. Thomas Alfa Edison mengatakan: "Sukses itu 1 % ide, 99 % tetesan keringat." Hanya orang yang mau bekerja keras yang akan sukses!

Mengapa semangat belajar dan etos bekerja mahasiswa AMIK Medicom begitu membara? Itu karena suplay bahan bakar nya kualitas tinggi. Tidak tanggung2, AMIK Medicom mendatangkan Bapak Johan Yan, motivator Nasional dengan kaliber 6 Record MURI, motivator yang tarifnya Rp 1 juta permenit, untuk memotivasi 3200 org mahasiswa Medicom.

Ada satu sistem di AMIK Medicom yang dikenal dengan sebutan "kuliah menyisip". Sistem "kuliah menyisip" sangat membantu mahasiswa yang bekerja pakai shift karena bisa disesuaikan jam perkuliahannya, sehingga mahasiswa/i tidak ketinggalan dalam mengikuti perkuliahan. "Kuliah menyisip" artinya, kalau hari ini tidak masuk kuliah karena kerja, bisa menyisip di hari yg lain, di grup yg berbeda, di jam yang sesuai, tanpa ada biaya tambahan.

Bagaimana dengan 33% mahasiswa medicom yg masih hanya kuliah saja karena belum bekerja? Mereka terus berlatih mengasah brain, beauty dan behaviour-nya agar menjadi lebih kompetitive (memiliki daya saing) sembari terus melayangkan surat lamaran ke berbagai perusahaan. Mungkin saja ada diantara mereka yang lamaran kerjanya belum satupun mendapat panggilan. Tapi itu tidak akan menyurutkan semangat. Karena mereka masih muda. Mereka mengerti, "Setiap manusia punya jatah gagalnya masing-masing. Habiskanlah jatah itu selagi masih muda."

Rizki Habibi
AMIK Medicom
Educating Hope 2

amik medicomSaya sangat bersyukur acara wisuda AMIK Medicom kali ini berjalan dengan sangat baik. Selamat kepada orangtua dan buat para wisudawan/ti. Ada sebanyak 971 wisudawan diwisuda tahun 2014 ini. Dihadiri 1.942 orangtua, dan lebih dari 2000-an mahasiswa medicom. Ini belum termasuk alumni dan undangan. Sangat ramai, namun juga teratur. Kelancaran acara wisuda tidak terlepas dari kerjasama yang baik dari para wisudawan/ti. Mereka ini memang orang-orang hebat. Yang lebih hebatnya lagi, sebanyak 76% dari yang diwisuda ini sudah bekerja sejak mareka masih mahasiswa.

Sebagian besar Mahasiswa atau alumni Medicom telah bekerja sesuai dengan jurusan kuliahnya. Ada yang bekerja sebagai maintenance, staf IT, teknisi komputer, bisnis warnet, bisnis online dan jaringan, web programmer, IT konsultan, dan sebagainya.

Sebagian lagi memulai karirnya di berbagai pekerjaan di bidang berbeda. Seiring berjalannya waktu karir mereka semakin baik.

Ada yang saat kuliah memulai karirnya sebagai kasir di Toko Buku Gramedia Jalan Gajah Mada. Setelah menjadi alumni Medicom ia menjadi manajer. Wew.

Ada juga yang memulai karirnya saat kuliah sebagai chef (juru masak) di Carefour Medan Plaza. Dia kuliah jurusan teknik komputer. Hmm, tidak nyambung ya dengan jurusannya. Tetapi setelah menjadi alumni Medicom ia lulus PNS di Dinas Perhubungan.

Ada juga yang memulai karirnya saat kuliah sebagai Cleaning Service, jaga toko, jualan kerupuk, dan lain-lain yang mungkin kita anggap bukan pekerjaan hebat.

Tetapi saya malah sangat bangga dengan mereka, mahasiswa saya ini. Prestasi kuliah mereka bagus-bagus. Dalam sehari mereka 4 jam kuliah, 1 jam belajar bahasa Inggris, 7 jam bekerja. Berarti 12 jam setiap hari melakukan hal-hal baik. Tidak ada kata menyerah dalam diri mereka. Mereka adalah pekerja keras, dan hanya pekerja keraslah yang akan sukses.

Mereka memulai karir dari bawah sekali dan MUNGKIN butuh banyak waktu untuk menuju puncak. Namun, selama kita terus belajar dan bekerja keras, selambat apapun, kita pasti berhasil. Karena, bukan pertumbuhan yang lambat yang harus kita takuti. Akan tetapi kita harus lebih takut untuk tidak tumbuh sama sekali. Maka tumbuhkanlah diri kita dengan kecepatan apapun itu. []

Rizki Habibi
AMIK MEDICOM