Educating Hope 2

amik medicomSaya sangat bersyukur acara wisuda AMIK Medicom kali ini berjalan dengan sangat baik. Selamat kepada orangtua dan buat para wisudawan/ti. Ada sebanyak 971 wisudawan diwisuda tahun 2014 ini. Dihadiri 1.942 orangtua, dan lebih dari 2000-an mahasiswa medicom. Ini belum termasuk alumni dan undangan. Sangat ramai, namun juga teratur. Kelancaran acara wisuda tidak terlepas dari kerjasama yang baik dari para wisudawan/ti. Mereka ini memang orang-orang hebat. Yang lebih hebatnya lagi, sebanyak 76% dari yang diwisuda ini sudah bekerja sejak mareka masih mahasiswa.

Sebagian besar Mahasiswa atau alumni Medicom telah bekerja sesuai dengan jurusan kuliahnya. Ada yang bekerja sebagai maintenance, staf IT, teknisi komputer, bisnis warnet, bisnis online dan jaringan, web programmer, IT konsultan, dan sebagainya.

Sebagian lagi memulai karirnya di berbagai pekerjaan di bidang berbeda. Seiring berjalannya waktu karir mereka semakin baik.

Ada yang saat kuliah memulai karirnya sebagai kasir di Toko Buku Gramedia Jalan Gajah Mada. Setelah menjadi alumni Medicom ia menjadi manajer. Wew.

Ada juga yang memulai karirnya saat kuliah sebagai chef (juru masak) di Carefour Medan Plaza. Dia kuliah jurusan teknik komputer. Hmm, tidak nyambung ya dengan jurusannya. Tetapi setelah menjadi alumni Medicom ia lulus PNS di Dinas Perhubungan.

Ada juga yang memulai karirnya saat kuliah sebagai Cleaning Service, jaga toko, jualan kerupuk, dan lain-lain yang mungkin kita anggap bukan pekerjaan hebat.

Tetapi saya malah sangat bangga dengan mereka, mahasiswa saya ini. Prestasi kuliah mereka bagus-bagus. Dalam sehari mereka 4 jam kuliah, 1 jam belajar bahasa Inggris, 7 jam bekerja. Berarti 12 jam setiap hari melakukan hal-hal baik. Tidak ada kata menyerah dalam diri mereka. Mereka adalah pekerja keras, dan hanya pekerja keraslah yang akan sukses.

Mereka memulai karir dari bawah sekali dan MUNGKIN butuh banyak waktu untuk menuju puncak. Namun, selama kita terus belajar dan bekerja keras, selambat apapun, kita pasti berhasil. Karena, bukan pertumbuhan yang lambat yang harus kita takuti. Akan tetapi kita harus lebih takut untuk tidak tumbuh sama sekali. Maka tumbuhkanlah diri kita dengan kecepatan apapun itu. []

Rizki Habibi
AMIK MEDICOM